tidak ada kondom

tidak ada kondom
Iklan ini diangkat dari kisah nyata. Beberapa anak muda di suatu desa di Papua menggunakan plastik ketika melakukan hubungan seks. Tujuannya untuk mencegah penularan HIV. Mereka tahu bahwa hubungan seks dapat menularkan virus ini, tetapi kondom sulit didapat dan mahal harganya.

Saturday, March 3, 2007

WAMENA: Orang dewasa dalam suasana perubahan yang cepat

Topik ini adalah bagian tersulit dalam tulisan ini, karena didalamnya terdapat muatan-muatan sensitive dimana para pejabat terlibat didalamnya. Tetapi saya menggali informasi dari anak-anak yang polos dan dari orang-orang di desa yang juga masih sederhana dan saya yakin tidak punya maksud untuk mendeskriditkan mereka.

Seorang anak yang berusia sekitar 17 tahun, dengan bahasanya yang sederhana bercerita tentang mobil-mobil yang berkaca gelap yang mengajak anak perempuan muda dari pinggir jalan. Cerita yang dia sampaikan tidak berbeda jauh dengan cerita yang saya dapatkan dari artikel yang ditulis oleh Leslie Butt. Bahwa mereka inilah –siapa pun yang ada di dalam mobil-mobil itu- salah satu rantai kehidupan seks para remaja. Pertanyaannya adalah siapa yang ada di dalam mobil-mobil itu. Yang pasti mereka bukan orang desa atau anak-anak.

Seorang anak yang lain bercerita yang agak berbeda, tetapi ia tahu siapa yang ada di mobil tersebut. Katanya bahwa suatu saat pernah ia dihampiri oleh sebuah mobil. Dan seorang yang ada di mobil tersebut mengajaknya masuk kedalam. Ia pun masuk kedalam mobil itu. Sesampai di dalam mobil ia melihat ada banyak minuman beralkohol. Pengemudi mobil itu memberikan salah satu botol itu kepadanya. Tetapi ia menolak dan minta untuk turun. Menurut anak ini, orang yang ia temui adalah seorang pejabat[1]. Terlepas dari kebenaran cerita anak ini, paling tidak kita bisa menangkap bahwa anak-anak tahu bahwa ada orang-orang dewasa (yang mungkin adalah orang-orang penting dan berpengaruh) yang juga terlibat dalam ‘kenakalan’ yang mereka juga lakukan, yaitu minum dan mabuk, dan seks bebas (untuk anak-anak ada kenakalan lain yaitu menghirupkan lem Aibon)

Tiga orang bapak dalam diskusi di sebuah desa yang jaraknya sekitar 1 jam dari kota Wamena menceritakan tentang seorang kepala suku yang pergi ke kota dan menerima uang dari pemerintah. Setelah itu ia pergi ke warung di mana Perempuan pekerja seks bekerja. Setelah itu ia kembali ke desanya dan akibatnya kesepuluh istrinya sakit kelamin dan semuanya bersama-sama ke kota untuk berobat.[2]

Seorang pendeta setempat menjelaskan tentang perilaku orang dewasa dengan sangat jelas. Ia menjelaskan bahwa ada tiga masalah yang ada di Jayawijaya dan sekitarnya yaitu pertama adalah seks bebas yang dilakukan oleh anak muda, kedua adalah perselingkuhan dari mereka yang sudah menikah, dan yang ketiga adalah korupsi yang sangat masif. Ketiga masalah ini sepertinya tidak jauh dari apa yang penulis dapati dari informan dan literature.

Melalui bab ini, kita melihat bahwa orang dewasa juga mengalami revolusi budaya yang luar biasa saat mereka menikmati perubahan yang drastic. Uang yang melimpah, ‘godaan’ perempuan pendatang berambut lurus dan berkulit putih dan minuman beralkohol menjadi katalisator perubahan perilaku seksual orang dewasa[3].
[1] Ia tidak menjelaskan lebih jelas siapa pejabat itu tetapi ia yakin bahwa ia kenal dengan orang itu.
[2] Ini sebuah pengamatan dari ‘lay people’ yang luar biasa. Walaupun mereka tidak bersekolah dan tidak bisa berbahasa Indonesia, mereka telah mengetahui konsep infeksi yang sederhana dan menghubungkannya dengan perilaku.
[3] Keberadaan PSK yang didatangkan dari luar Papua ditulis dengan jelas oleh Leslie Butt dalam dua papernya.

No comments: