tidak ada kondom

tidak ada kondom
Iklan ini diangkat dari kisah nyata. Beberapa anak muda di suatu desa di Papua menggunakan plastik ketika melakukan hubungan seks. Tujuannya untuk mencegah penularan HIV. Mereka tahu bahwa hubungan seks dapat menularkan virus ini, tetapi kondom sulit didapat dan mahal harganya.

Saturday, March 3, 2007

WAMENA: Anak muda dan modernitas

Seorang teman berkata kepada saya bahwa anak-anak muda di daerah ini menyukai pesta seks[1]. Kemudian dia juga berkata bahwa ini terjadi karena budaya asli juga mengijinkan berganti-ganti pasangan. Tentu saja saya tidak langsung percaya. Ada beberapa sebab saya ragu dengan pendapat ini. Sebab pertama adalah yang mengatakan ini adalah seorang teman yang bukan penduduk asli. Yang kedua adalah ketika saya kembali bertanya bagaimana dia bisa menyimpulkan hal ini, dia menjawab bahwa dia berkata demikian dari kenyataan bahwa memang begitu. Jawabannya tidak membuat saya yakin. Karena saya percaya bahwa apa yang terjadi saat ini bukan berarti itu berakar dari budaya lama.
Kemudian saya bicara dengan beberapa orang-orang asli lembah Beliem. Mereka adalah seorang guru, beberapa pendeta, beberapa anggota gereja dan beberapa orang biasa. Seorang dari mereka berkata:
“Ah tidak, kami dulu tidak buat itu. Itu baru saja dibuat oleh anak-anak muda.”Sebuah pernyataan yang sangat kontradiksi dengan kesimpulan yang dibuat oleh teman saya tadi. Kontradiksi pemahaman ini harus diselesaikan. Karena kalau dibiarkan, sangat sulit untuk menyusun intervensi yang “culturally sound”. Pemahaman yang salah atau tidak tepat akan mengakibatkan penyusunan strategi pencegahan HIV/AIDS yang tidak tepat.
[1] Pesek adalah istilah yang digunakan untuk sebuah aktifitas yang dilakukan oleh anak-anak muda dan juga sedikit orang dewasa yang biasanya dilakukan pada malam hari. Di acara ini anak-anak muda bernyanyi, menari dan kemudian berpasangan-pasangan dan akhirnya melakukan hubungan seks di tempat-tempat tersembunyi.

No comments: