tidak ada kondom

tidak ada kondom
Iklan ini diangkat dari kisah nyata. Beberapa anak muda di suatu desa di Papua menggunakan plastik ketika melakukan hubungan seks. Tujuannya untuk mencegah penularan HIV. Mereka tahu bahwa hubungan seks dapat menularkan virus ini, tetapi kondom sulit didapat dan mahal harganya.

Saturday, March 3, 2007

WAMENA: Keadaan anak muda saat ini

Beberapa FGD memberi informasi tentang bagaimana anak-anak muda bergaul dan mengisi waktu-waktu mereka. Sekelompok anak-anak muda yang tinggal di sebuah asrama berusia sekitar 16-18 tahun yang berasal dari daerah sekitar Wamena menjelaskan bahwa anak-anak muda sering terlibat dalam kegiatan yang mereka sebut pesta, baku goyang atau disko yang didalamnya diselingi oleh hubungan seks. Walaupun mereka mengaku tidak pernah terlibat dalam kegiatan tersebut. Mereka begitu antusias untuk menjelaskan bagaimana kegiatan-kegiatan itu terjadi. Kelompok FGD yang lain yang dilakukan di sebuah sekolah menengah atas juga memberikan deskripsi yang sama, juga dengan antusiasme yang sama. Dua FGD dilakukan pada sebuah acara anak muda di gereja. Dan tentu saja gambaran yang disampaikan mereka juga tidak berbeda. FGD-FGD berikutnya mengatakan hal yang sama. Jika disimpulkan dengan satu kalimat bahwa anak-anak muda di wilayah tersebut sering terlibat dengan pesta dan didalamnya mereka saling berpasang-pasangan dan melakukan hubungan seks.

Tetapi apa yang dilakukan oleh mereka tidak sesederhana itu. Suatu saat, dalam perjalanan menuju ke sebuah desa, seorang teman yang adalah orang asli daerah itu, berkata kepada saya sambil menunjuk sebuah kendaran mini bus. Katanya, “Itu lihat, itu mobil sedang mengangkut anak-anak menuju ke tempat pesek.” Teman tersebut menceritakan bahwa jika akan ada sebuah pesta di suatu tempat, anak-anak muda dari berbagai tempat akan hadir. Bahkan mereka akan berusaha dengan segala cara untuk bisa ke sana.

Pesek sebenarnya adalah sebuah praktek yang baru dilakukan oleh anak-anak muda di wilayah Wamena dan sekitarnya. Pesek dikenal juga sebagai pesta, disko atau baku goyang. Biasanya acara ini menggunakan momentum acara-acara resmi. Misalnya seorang anak dari desa bercerita bahwa suatu saat gerejanya sedang melakukan acara pengumpulan dana untuk gereja tersebut. Pada acara ini banyak orang berkumpul termasuk anak-anak muda. Pada malam harinya, anak-anak muda berkumpul dan mengadakan pesek. Anak yang lain bercerita bahwa pesek bisa dilakukan juga setelah acara pesta perpisahan sekolah.

Lagu-lagu akan diputar, mereka juga bernyanyi dan bergoyang. Sambil saling memperhatikan satu sama lain. Lalu ada anak yang tertarik dengan lawan jenisnya, mereka menggunakan seorang anak sebagai mediator untuk menyampaikan maksud untuk bisa berhubungan lebih jauh, atau bisa juga mereka menggunakan media berupa gelang untuk menyampaikan maksud tersebut. Selanjutnya bila mereka berdua saling suka, mereka akan menyingkir dari pesta tersebut ke honai yang kosong atau ke lading atau semak-semak untuk melakukan hubungan seks.

Pada kajian ini, anak-anak sebagai informan diminta untuk menggambar apa saja yang mereka lakukan saat mereka berpacaran. Gambar disamping ini adalah salah satu gambaran dari apa yang mereka lakukan saat berpacaran. Mereka juga mengungkapkan bahwa banyak terjadi anak perempuan menjadi hamil. Anak-anak perempuan yang menjadi informan juga menyatakan hal yang sama. Yang berbeda adalah mereka menjelaskan dengan jelas apa yang anak-anak perempuan biasa lakukan setelah mereka mengetahui jika mereka hamil. Berbagai upaya dilakukan untuk menggugurkan kandungan. Mereka mengatakan mereka menggunakan obat-obat tertentu untuk menghentikan kehamilan itu. Alasan yang diberikan mengapa mereka berusaha untuk menggugurkan adalah karena mereka malu dan tahu bahwa mereka tidak akan bisa bersekolah lagi jika nanti mempunyai anak. Sedang anak laki-laki tidak menjelaskan tentang upaya untuk menggugurkan tetapi hanya menjelaskan bahwa ada beberapa anak perempuan yang mereka kenal yang akhirnya melahirkan anak dan kemudian anak-anak yang lahir itu disebut sebagai anak-anak rumput.

No comments: